Saya adalah termasuk orang yang menginginkan segala sesuatu harus didapat dengan cepat tanpa proses yang ribet dan bertele-tele. Sayangya hal ini tidak bisa saya dapatkan saat melakukan perjalan menuju Gunung Prau.
Jumat lalu tanggal 3 April 2015, dengan bermodal nekat saya join untuk mendaki ke Prau bersama teman-teman filosantara. Walaupun di setiap saya googling ada banyak artikel yang membahas bahwa Prau adalah salah satu gunung yang cocok untuk belajar mendaki. Namun jujur, bahkan sampai saat saya memulai perjalan dari Kampung Rambutan menuju Wonosobo perasaan khawatir "apakah orang yang jarang olahraga, berbadan kurus dan ditambah belum pernah mendaki sebelumnya bisa kuat sampai puncak?" masih tetap muncul. Bisa gak yah sampai puncak?
Sesampainya di terminal Wonosobo, dengan perjalanan lebih dari dua belas jam, kami langsung berganti mobil menuju Dieng dan sampai di sana sekitar pukul 8 pagi. Kami istirahat, makan pagi, dan cuci muka di salah satu rumah makan di dekat base camp Dieng. Selama di sana tidak henti-hentinya saya cek tas saya karena takut ada yang kurang. Maklum, saya baru pertama kali ini naik gunung. Hampir dua jam kami di sana dan tepat pukul 10 kami memulai pendakian. Rasa khawatir masih terus mengantui. Namun, saya tidak acuhkan.
Selama perjalanan menuju Pos 1, kami disuguhi oleh kebun pertanian masyarakat Dieng. Rasanya adem, bahagia, dan capek. “Baru sampai di sini aja pemandangannya udah kayak gini, apalagi di atas” ucap saya dalam hati sebagai penyemangat diri.
Setelah Istirahat kurang lebih 10 menit, kami melanjutkan ke Pos 2. Ketika dalam perjalanan kami disambut dengan gerimis dan kabut tebal. Jalanan yang licin dan menanjak lumayan bikin beberapa dari kami yang termasuk pendaki pemula kewalahan, bahkan ada yang kakinya terkilir. Namun tenang saja, selama perjalanan pemandangan dari alam sekitar semakin indah. Rasa lelah pun tidak begitu terasa. Rasa penasaran akan kondisi puncak semakin mengebu-gebu yang menyebabkan kekhawatiran yang mengikuti dari rumah mulai luntur.
Dari pos 2 ke pos 3, jalur pendakian semakin mengerucut. Acap kali, tiap berpapasan dengan pendaki yang turun kami harus bergantian untuk mengambil jalur, terutama setelah melewati tower.
Hampir 4 jam lebih akhirnya kami sampai di puncak. Rasa lelah tiba-tiba hilang seketika melihat kondisi puncak. Hamparan bunga daisy di bukit teletubbies membuat saya merasa sedang berada di film Lord of the Ring. Luar biasa indah.
Selama perjalanan ini saya belajar satu hal lagi. Hampir semua orang ingin segala sesuatu yang mereka inginkan didapat dengan cepat. Namun seringkali apa yang kita dapatkan hanyalah kebalikannya. Tapi terkadang semua yang berjalan perlahan itu mempunyai tujuan lain yaitu agar semua kepingan cerita bersatu dengan sempurna dan terhubung satu sama lain. Yang kemudian bisa menjadi cerita utuh saat kita sampai ke puncak.